Monday, April 1, 2013

Story


KINTAN'S SECRET

Dengan langkah lebih cepat dari biasanya, Rey mencoba menjajari langkah kaki Kintan yang setengah berlari menjauhinya. Saat jarak mereka hanya berkisar semeter, tangan Rey langsung terulur dan mencengkram pergelangan tangan Kintan dan mencoba menghentikan langkah gadis itu.

"Kintan!" seru Rey tak sabar seraya menyentakkan tangan gadis berwajah sendu yang berada di hadapannya, "Jadi begitu saja?"

Kintan tampak enggan, "Iya Rey. Please lepaskan tanganku.."

"Tidak!" penggal Rey cepat, "bagiku ini tak masuk akal. Kau! Kau memutuskan aku dengan alasan kau ingin ngelanjutin kuliah ke Amrik! Semudah itu?"

Kintan menelan ludah kelunya, "Maafkan aku, Rey.."

Rey menggeleng tak percaya, "Aku tak percaya semua ini, Kintan! Aku tak percaya alasanmu! Dua tahun kita pacaran dan...dan semua orang iri melihat betapa cinta kita tak pernah goyah. Lalu tiba-tiba kau memutuskan aku begitu saja..."

"Tapi kan aku sudah jelaskan alasannya, Rey." ucap Kintan memelas. Wajahnya tampak memucat.

Rey tergelak, "Oke. Kau akan melanjutkan kuliah ke Amrik. Lantas, apa karena hal itu kita harus putus? Bukankah kita bisa tetap bersama walau jarak memisahkan? Bukankah setelah tamat kau akan kembali? Atau, aku bisa menyusulmu kesana. Banyak, Kintan! Banyak jalan keluar yang kita miliki. Kita tak mesti putus, kan? Jadi alasanmu tak dapat kuterima!"

Lagi-lagi Kintan hanya bisa menelan ludah kelunya dan menunduk untuk menghindari tatapan Rey, "Aku...aku minta maaf..."

"Kintan!" suara Rey sedikit meninggi, "Aku bosan dengan permintaan maafmu! Aku ingin kau memberi alasanmu yang sesungguhnya! Kau...kau jatuh cinta pada cowok lain?"

Kintan mengangkat kepalanya dan langsung menggeleng, "Tidak, Rey! Sungguh."

"Jadi apa? Kau bosan denganku?"

Kintan menggeleng. Setitik air mata jatuh dari sudut matanya, "Jangan desak aku, Rey. Aku sudah mengatakan alasanku terserah kau percaya terima atau tidak. Sekarang, tolong lepaskan tanganku.."

"Kintan..."

"Selamat tinggal, Rey." Kintan menarik tangannya hingga lepas dan berlari menuju sebuah mobil yang sudah menunggunya di seberang jalan.

"Ayo jalan, Nit. Dan jangan menatapku seperti itu!" ucap Kintan seraya menghapus air matanya.

Nita menggeleng-gelengkan kepala seraya memutar kunci kontak mobilnya, "Tega banget sih lo, Kin. Masa lo gak kasihan sama Rey..."

"Justru karena aku mengasihinya makanya aku melakukan semua ini, Nita!" penggal Kintan cepat.

"What the hell! Wujud cinta lo sungguh aneh. Kenapa gak jujur aja sih, Kin..."

"Gue gak ingin Rey kecewa dan sedih."

"Jadi apa menurut lo saat ini Rey belom kecewa dan sedih?" protes Nita cepat.

Kintan menatap sahabatnya. Matanya memerah karena tangis. Tetapi bibirnya tersenyum, "Dia memang kecewa saat ini, Nit. Dan bahkan mungkin sedih. Tetapi setidaknya, dia akan mengenang aku sebagai Kintan yang pergi ke Amrik. Bukan Kintan yang menanti kematian karena kanker otak ini." ucap gadis itu menunjuk-nunjuk kepalanya. "Sudahlah. Tidak usah dibahas lagi. Rey akan bertahan dan akan menemukan penggantiku."

Nita menatap prihatin ke sahabatnya, sekilas. Kintan yang malang. Kau merahasiakan penyakitmu dari kekasihmu, dan memutuskan untuk menjalani detik-detik kematianmu sendirian. Kenapa harus seperti itu, Kintan? Bukankah cinta mestinya harus dipertahankan sampai menutup mata?

-TAMAT-

No comments:

Post a Comment