Monday, April 1, 2013

Story


DJAVUDABUGAVRA

Hari ini cerah, secerah hati Casandra. Casandra duduk di Taman, dia terus menatapi undangan Midnight party yang diberikan oleh Brian. Matanya berkaca-kaca pertanda bahagia, dipandangi terus undangan yang bernuansa pink dengan pita warna magenta itu tanpa berkedip. Casandra tersenyum simpul, terlebih orang yang memberi undangan itu adalah Brian yang notabene ketua OSIS yang populer di sekolahnya. Diam-diam Casandra menaruh hati pada cowok atletis itu, sayup-sayup desir angin menambah suasana tenang siang itu.

Amel merebut undangan dari tangan Casandra.
"Owh my god! What? Upik abu ternyata diundang juga? Emang diperbolehin yah, anak ingusan masuk ke midnight party?" Amel bergidik.

"Hahahaha, ya nggak boleh lah!" tawa Angel, Lyla dan Rena serempak.

Casandra bangun dari duduknya.
"Balikin, ngga! Terserah kalian mau bilang apa tentang gua, ini hak gua, kalian nggak bisa ngatur gua seenaknya!" ucap Casandra berusaha merebut undangannya kembali.

Anggel maju dua langkah.
"Apa? Hak? Ini bukan masalah hak, tapi ini masalah kesadaran. Apa lo gak nyadar-nyadar kalau muka lo itu jauh dari kata cantiK malah bisa dibilang expired! Makanya ngaca!" Angel menyodorkan cermin miliknya ke wajah Casandra.

Rena meng-iya-kan omongan Angel.
"Lo bener banget, Ngel! Denger tuh kata Angel! EXPIRED! Masih ingat, kan, dulu pas April mop party? Waktu itu acara baik-baik aja sampai lo datang! Dan semua kacau," tambah Rena.

Casandra diam sejenak.

"Cuma bisa diam? Hah! Makanya telaah dulu fakta yang ada." Lyla mendorong Casandra.

Butiran air jatuh dari sudut matanya. Hatinya tercabik-cabik, dia hanya bisa terdiam sementara Amel melempar undangan itu ke wajah Casandra dan berlalu dengan kru-krunya.

*

Brian sedang beristirahat melepas peluh setelah bermain basket, ditenggaknya satu botol air mineral sampai habis. Dengan langkah ragu, Casandra mendekati sang pangeran sekolah itu.

Casanda meyodorkan undangan Midnight partynya kepada Brian.

"Apa ini?" Brian menoleh.

"Ini undangan Midnight party yang kau beri kemarin," ucap Casandra.

Brian tersenyum.
"Iya gua tau ini adalah undangan, maksud gua, kenapa lo balikin undangan ini?" Brian bangun dari duduknya dan mengambil undangan itu dari tangan Casandra.

"Gua, Gua ngga pantes menerima undangan ini," Casandra menundukkan kepalanya.

"Tidak! Semua siswa disini pantas mendapatkan undangan ini, temasuk lo!" ucap Brian seraya menengadahkan kepala Casandra.

"Tapi, Brian!"

Brian mendekatkan jari telunjuknya ke bibir Casandra.
"Shhhh. Percaya sama gua kalau lo memang pantas menerima undangan ini.”

Casandra mengangguk, tubuhnya seakan mendapatkan energi saat Brian mengatakan itu.
"Thanks, Brian."

Brian tersenyum.

*

Casandra berjalan menuju toilet, tiba-tiba langkahnya terhenti karena Amel and the kru telah mencegat langkahnya.

"Ikut gua! Cepat!" Amel dan antek-anteknya menarik Casandra ke suatu tempat.

"Brukkk," Amel mendorong tubuh Casandra.

"Ada apa, Mel? Apa yang lo ingikan? Kenapa lo bawa gua ke gudang ini?" Casandra terisak.

"Ada apa? Hallooo Upik Abu! Nyali lo besar juga yah ternyata. Sudah gua peringatin jangan deketin Brian, tapi lo masih nekat juga! Dasar muka tembok," kemudian Amel meludah.

"Tapi, Mel"

*Dugh*

Amel menutup pintu gudang dan menguncinya. Amel pergi tanpa menggubris omongan Casandra

*

Casandra menangis, dipeluknya kedua lutut dan dia terus terisak meratapi nasibnya yang selalu tragis. Casandra menyadari kalau wajahnya tidak cantik, di sekolahpun dia selalu dijauhi teman-temannya tapi tidak untuk Brian, hanya dia'lah yang tidak mempermasalahkan tampang Casandra. Brian selalu menyemangati dan menghibur Casandra saat terpuruk. Hal itu pula'lah yang membuat Casandra menaruh hati kepada Brian.

-kerlap kerlip kerlap kerlip-

Ditengah isakannya, perhatian Casandra terfokus pada cahaya yang muncul dari dalam tumpukan buku usam. Casandra mendekati cahaya itu, sebuah kotak kayu yang berdebu menarik perhatiannya, ternyata cahaya itu bersumber dari kotak kayu itu. Casandra meraihnya.

"DJAVUDABUGAVRA," tulisan itu terukir rapi di atas kotak kayu.

Casandra berusaha membuka kotak kayu itu, tapi aneh, kotak kayu itu tak dapat dibukanya, padahal kotak tersebut tidak ada pengait kunci atau sejenisnya.

Casandra terdiam sejenak.
"DJAVUDABUGAVRA? Apa mungkin kata itu merupakan sebuah mantra untuk membuka kotak kayu itu?"

Casandra berjalan ke sebuah bangku lalu duduk. Dipegangnya kotak itu sambil mengucap kata 'DJAVUDABUGAVRA'. Amazing, seketika kotak itu terbuka, dan isinya ternyata bedak berwarna merah muda dengan alat polesnya, disitu juga terdapat secarik kertas yang usang, namun Casandra tak tertarik dengan kertas usang itu, dia lebih tertarik dengan bedak pink. Diambilnya bedak tersebut.

Casandra berjalan menuju cermin yang berada di sudut gudang. Dipolesnya bedak pink ke wajahnya.

Casandra terkejut.
"Astaga! Apa yang terjadi dengan wajahku? Ini luar biasa, sekarang wajahku cerah, mulus dan cantik. Bedak ini... bedak ajaib!" Casandra menelusuri wajah dengan tangannya tak percaya.

*

Berkat Mang Ujang akhirnya Casandra dapat keluar dari gudang. Dibawanya kotak kayu yang dia taruh ke
dalam tas ranselnya. Lalu Casandra menghampiri Brian yang sedang terduduk di kursi taman.

"Brian!" panggil Casandra.

"Siapa kamu?" ucap Brian terbengong.

"Aku Casandra, Brian." Casandra berusaha meyakinkan brian.

Brian bengong tak percaya.
"Kamu beneran Casandra? Wah, cantik banget, kamu beda, 180 derajat berubah!" Brian mengucek matanya.

Casandra tersenyum.

*

Hari ini 21 desember 2012, hari dimana midnight party digelar. Casandra tak sabar untuk memamerkan wajah cantiknya terutama kepada Amel and the kru. Casandra hunting baju ke butik, mencari gaun yang cocok dengannya, dipilihnya gaun berwarna silver dengan rok selutut.

Pukul 19:00 waktu setempat.

Casandra telah memakai gaun yang ia beli di butik tadi siang, dibalut high hill warna putih telihat sangat match. Tak lupa ia memoles bedak pink "DJAVUDABUGAVRA", entah sudah tak terhitung banyaknya Casandra telah memakai bedak tersebut.

Casandra berjalan menelusuri karpet merah yang terbentang, semua mata tertuju padanya yang terlihat anggun layaknya putri sejagat.

"Eh, Casandra! Malam ini kamu terlihat cantik sekali," Brian memuji. "Bagaimana kalau kita dansa?" ajaknya.

Casandra mengangguk.

Dari kejauhan terlihat Amel and the kru sedang memelototi Casandra yang tengah berdansa dengan Brian, hati mereka panas namun mereka tak ingin membuat acara ini kacau dengan ulah mereka. Amel and the kru hanya diam karena merasa kalah cantik.

Pukul 00:00

Casandra merasakan gatal dan panas pada wajahnya, lalu dia menggaruknya.

Brian kaget.
"Ada apa dengan wajahmu, Casandra! Kenapa wajahmu terkelupas seperti itu?" kata Brian

Casandra tak menjawab pertanyaan Bian, dia kemudia berlari
sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Amel and the kru hanya tersenyum puas melihat peristiwa itu.

*

"Kenapa dengan wajahku? Mengapa terkelupas seperti ini?" batin Casandra.

Casandra memoles bedak ajaib itu lagi, namun lukanya malah semakin parah.

Sejenak Casandra teringat dengan secarik kertas di dalam kotak kayu itu. Dia mengambil kotak kayu dan dengan perlahan membaca tulisan di kertas usang itu.

'Hei, cin. Ati-ati yah kalo pake bedak eike! bedak ini eksperimen eike, cin! jangan pake bedak ini keseringan. Soalnya ya, cin, bedak ini tuh bahan dasarnya dari bubuk yang buat campuran semen yang di tambah air raksa sama sedikit kotoran tokek. Warna pink-nya campuran dari upil firaun sama darah semut. Kalo sampe berlebihan ntu kulit bisa terkelupas lho, ciyus deh! lalayeyeyelalayeyeye (lagu anak alay dahsyat). Udah dulu ya cin, gua mau mangkal dulu! Salam MACHO (suara berubah jadi bass and cool)

tertanda
-boby yang tercakiti celalu cayang mami dan nda pernah lupa colat ciyus deh eike nggak boong-

Begitu bunyi isi dari kertas usang itu.

-=THE END=-

No comments:

Post a Comment